Dan kemudian satu tahun berlalu setelah naiknya kita ke tingkat tertinggi di sekolah, kita akan menghadapi yang namanya 'Lingkungan Baru'. Kalau anak SD lulus lalu masuk SMP, mungkin kejahatan senior-senior mereka tidak terlalu berasa, tahu sendiri 'kan anak bau kencur belum berani memandang rendah orang lain, atau mungkin mereka malah belum mengenal apa yang dinamakan 'memamndang rendah'. Hanya saja saat anak-anak itu kemudian masuk SMA, pasti para tentara OSIS langsung merasa yang paling tinggi ketika menghadapi adik-adik kelas mereka yang baru saja masuk, alias para newbies ini. Apalagi pas sedang hot-nya, yaitu pas event-event MOS.
Lalu lingkaran setan itupun berlanjut. Para mantan senior SMA itu memasuki jenjang berikutnya dan bertemu dengan yang namanya OSPEK. Digembleng-lah, dimarahin-lah, disuruh ini disuruh itu. Hah ... mungkin di hati MaBa sumpah serapah bagi para senior terngiang-ngiang bagaikan mantra. Seluruh kata-kata negatif dibatin oleh para newbies ini. Dan tak usah heran ketika seluruh 'ritual' gila itu berakhir, para newbies jadi ahli ilmu kebatinan.
they look tortured |
Contoh-contoh yang saya sebutkan di atas merupakan satu dari kepercayaan orang Indonesia tentang persimbolan. Semua serba disimbolkan. Memangnya seberapa efektifnya 'sih persimbolan bagi kehidupan sehari-hari? Memangnya setelah kita mengenakan segala tetek bengek atribut yang diminta senior, kita DIJAMIN lancar menjalani hari-hari di sekolah? Enggak kan?!?
Lagipula, menurut saya yang namanya MOS atau OSPEK adalah cara kita untuk mengajari perbedaan level yang tidak masuk akal antara senior dengan junior. We used to see our underclassmen are nothing but brats. Padahal tidak ada yang bisa menjamin kalau senior itu selalu lebih baik daripada junior. Satu-satunya yang membuat batas level itu adalah para senior masuk ke suatu sekolah itu lebih dulu dari para junior. Dan tidak ada yang pernah bisa membuktikan bahwa orang yang lebih dulu masuk berada di level yang lebih tinggi dari orang-orang yang masuk setelahnya.
Memang bukan tempat saya untuk memberikan saran-saran untuk mengubah kebiasaan ini, karena saya juga belum tentu benar. Hanya saja, perubahan kecil perlu dilakukan untuk mewujudkan perubahan besar lainnya. Siapa tahu ternyata yang menjadikan bangsa kita tertinggal ternyata hal-hal kecil yang tidak kita sadari. Everything have its own risk.
Thanks for reading :)