Minggu, 04 Agustus 2013

Being Newbie, Again ?!?

Jadi bayangkan saja, dulu kita dipuja-puja adik kelas karena kita adalah senior. Di sekolah, with the high pride rise up, kita jalan di lorong-lorong sekolah memandang rendah adik kelas dan adik kelas sendiri takut dengan kehadiran kita. Well ... mungkin tidak se-lebay itu. Tapi bagian memandang rendah adik kelas, pasti kita semua pernah 'kan walau sedikit?

Dan kemudian satu tahun berlalu setelah naiknya kita ke tingkat tertinggi di sekolah, kita akan menghadapi yang namanya 'Lingkungan Baru'. Kalau anak SD lulus lalu masuk SMP, mungkin kejahatan senior-senior mereka tidak terlalu berasa, tahu sendiri 'kan anak bau kencur belum berani memandang rendah orang lain, atau mungkin mereka malah belum mengenal apa yang dinamakan 'memamndang rendah'. Hanya saja saat anak-anak itu kemudian masuk SMA, pasti para tentara OSIS langsung merasa yang paling tinggi ketika menghadapi adik-adik kelas mereka yang baru saja masuk, alias para newbies ini. Apalagi pas sedang hot-nya, yaitu pas event-event MOS.

Lalu lingkaran setan itupun berlanjut. Para mantan senior SMA itu memasuki jenjang berikutnya dan bertemu dengan yang namanya OSPEK. Digembleng-lah, dimarahin-lah, disuruh ini disuruh itu. Hah ... mungkin di hati MaBa sumpah serapah bagi para senior terngiang-ngiang bagaikan mantra. Seluruh kata-kata negatif dibatin oleh para newbies ini. Dan tak usah heran ketika seluruh 'ritual' gila itu berakhir, para newbies jadi ahli ilmu kebatinan.

they look tortured
Sebenarnya yang menjadi pertanyaan besar adalah, apa sih gunanya ritual-ritual semacam ini dilakukan? Mungkin bagi para penggiat kegiatan semacam ini 'pengenalan lingkungan sekitar sekolah/kampus' menjadi alasan. Tapi sesungguhnya, ritual yang menyertai kegiatan pengenalan ini tidak ada gunanya. Sebagai contoh, kita disuruh memakai kalung bumbu dapur yang kemudian setelah acara kita hanya akan membuangnya. Pemborosan 'kan? Atau contoh lain, kita disuruh membawa barang-barang tertentu (biasanya makanan) dengan nama-nama yang absurd. Buat apa coba? Katanya sih biar nanti pas kita disuruh guru/dosen mencari tugas tertentu kita bisa lebih terbiasa. Aih ... nonsense!

Contoh-contoh yang saya sebutkan di atas merupakan satu dari kepercayaan orang Indonesia tentang persimbolan. Semua serba disimbolkan. Memangnya seberapa efektifnya 'sih persimbolan bagi kehidupan sehari-hari? Memangnya setelah kita mengenakan segala tetek bengek atribut yang diminta senior, kita DIJAMIN lancar menjalani hari-hari di sekolah? Enggak kan?!?

Lagipula, menurut saya yang namanya MOS atau OSPEK adalah cara kita untuk mengajari perbedaan level yang tidak masuk akal antara senior dengan junior. We used to see our underclassmen are nothing but brats. Padahal tidak ada yang bisa menjamin kalau senior itu selalu lebih baik daripada junior. Satu-satunya yang membuat batas level itu adalah para senior masuk ke suatu sekolah itu lebih dulu dari para junior. Dan tidak ada yang pernah bisa membuktikan bahwa orang yang lebih dulu masuk berada di level yang lebih tinggi dari orang-orang yang masuk setelahnya.


Memang bukan tempat saya untuk memberikan saran-saran untuk mengubah kebiasaan ini, karena saya juga belum tentu benar. Hanya saja, perubahan kecil perlu dilakukan untuk mewujudkan perubahan besar lainnya. Siapa tahu ternyata yang menjadikan bangsa kita tertinggal ternyata hal-hal kecil yang tidak kita sadari. Everything have its own risk.

Thanks for reading :)

Ah ... Here We Go!

This post will start my blog. Maybe you will not find it interesting, but meh ... it's not like i want to make this blog superior.
Well, back to my own language.
Mengapa 'Futuristic Dreamer' ? Sebenarnya saya sendiri juga tidak mengerti mengapa tiba-tiba saja saya ingin membuat blog. Well, just so you know, here's the story :

Putri yang Kesepian
(karya : Fia A)

       Di suatu negeri yang jauh dari Timur Tengah, namun dekat dengan Malaysia dan Singapore, hiduplah seorang gadis yang kesepian (dan kebosanan?). Gadis itu sering menyendiri di rumah karena tidak ada seorang pun yang sudi untuk tinggal dan menemani sang gadis.
       Suatu hari di bulan Ramadhan, tepatnya pada 8/5/2013 gadis itu sedang termenung sendirian ditemani dengan laptopnya yang sangat dicintainya. Rupanya gadis itu sedang menonton Anime dan membaca Manga online. Hari itu si gadis bersyukur karena si Embah memberinya uang sebesar 50 ribu sehingga dia dapat membeli pulsa modem. Dia pun langsung menghabiskan uang tersebut untuk membeli pulsa modem dan langsung mendaftar paket bulanan.
      Namun sial menghampiri si gadis. Ternyata pada hari itu koneksi internet di desa si gadis sedang mengalami gangguan, sehingga kecepatannya menjadi turun. Si gadis frustasi karena Anime yang sejak lama dia tunggu tak kunjung selesai buffering. Dengan hati dongkolnya dia membuka-buka Google secara random a k a ga jelas dan berakhir menemukan sebuah post berjudul "Hari Bermalas-malasan Sedunia".
     Berniat mempublikasikan hal yang sama, si gadis lalu berinisiatif membuat blog dan mendeklarasikan "Hari Bermalas-malasan Sedunia" versi-nya sendiri.
-TAMAT-